Bagaimana Saya Sampai Disini

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ini adalah foto aku sewaktu verifikasi berkas di UNDIP beberapa waktu yang lalu. Senyuman itu bukanlah senyuman biasa, senyuman itu penuh makna...

Aku terbangun dalam suasana penuh suka cita, hari itu aku diwisuda. Pagi itu aku sesegera mungkin bersiap untuk ke SMA tercinta. Namun sayangnya, meski sudah bersiap-siap, aku dan keluargaku masih juga terlambat. Sesampainya disana ternyata acara belum mulai, dan itu membuatku benafas lega. Aku segera mencari kursiku dan berbicang dengan teman-temanku. Beberapa diantaranya sudah dinyatakan diterima di univ lewat jalur SNMPTN, ada juga yang diterima PTS, dan sisanya masih berjuang di jalur-jalur yang lain. SBMPTN tinggal 1 bulan lagi, namun aku percaya aku bisa mengejarnya.

Hari berganti dan lambat laun perasaan suka cita itu berganti dengan rasa prihatin belum mendapatkan sekolah. Saat itu fokusku ada di SBMPTN dan UM UGM, karena tes keduanya hanya berselang 1 minggu. Aku belajar bermodalkan buku setebal radio -beneran ini aku tidur diatasnya aja bisa nyenyak-. Aku bolak-balik, cari cara termudah, terefektif untuk menjawab soal baik SBMPTN maupun UM. Aku juga bela-belain les ke Klaten sampai-sampai aku kena tilang polisi saat ada razia karena pada saat itu aku belum punya SIM (hehe jangan ditiru ya kawan-kawan).

Singkat cerita hari ujian SBMPTNpun tiba, aku tes di Solo diantar ibu. Kami berangkat pagi-pagi buta pukul 5. Kami sempat tersesat sebentar, namun akhirnya sampai lokasi sebelum acara dimulai. Aku berjumpa dengan beberapa rekanku seperjuangan di SMA dan berbincang bersama, salah satu orang tersebut ternyata akan menjadi rekanku juga di kampus yang sama, yang tentu saja saat itu aku tidak menyangka, karena fokusku aku ingin jadi mahasiswa di Yogyakarta. By the way, pilihanku pertama adalah Teknik PWK UGM, kemudian kedua Teknik Lingkungan UNDIP dan yang terakhir Psikologi UNS. Tes mulai pukul 7 dan berakhir sekitar pukul 1 siang. Aku pulang dengan kepala serasa mau meledak.

Seminggu kemudian, aku diantar oleh keluarga tanteku dengan mobilnya untuk tes UM UGM yang bertempat di gedung UMY. Ayahku waktu itu masih kerja di NTT. Sama, kami berangkat pukul lima. Sesampai disana aku kemudian segera mencari ruangan tes yang ternyata adalah ruangan seminar. Luas, ada sekitar 3 kelas yang disatukan disana. Aku sempat berkenalan dengan pemuda dari Brebes, ia setahun lebih tua dariku, pemuda yang aku lupa namanya itu mungkin diterima, atau mungkin juga tidak. Aku tidak sempat meminta kontaknya. Tes berlangsung lebih lama dan dalam sesi yang lebih banyak dari SBM, yaitu 3 sesi, TPA dan TKD dipisah. Dan parahnya lagi aku sarapan seadanya. Sehingga setelah selesai tes aku segera melangkah menuju mobil dan makan bekal yang dibawa ibuku dengan tergersa-gesa.

Sembari menunggu pengumuman SBMPTN dan UM UGM yang jatuh pada minggu ketiga bulan puasa, aku mencoba untuk mendaftar di UNS, UNS menggunakan sistem ujian masuk tanpa tes, jadi mengambil nilai dari SBMPTN. Aku juga mendaftar di UNDIP dan UPN Yogyakarta. Kedua universitas tersebut masih menggunakan tes dan tesnya berlangsung setelah lebaran.

Hari pengumuman tiba, aku dan tentu ribuan peserta SBMPTN lain yang mendaftar gugup melihat hasil pengumuman. Dari notifikasi grup whatsapp kelas mulai ada ucapan selamat, rupanya banyak teman-temanku yang beruntung lolos SBMPTN, akupun membuka web pengumuman. Tapi sayang SBMPTN bukan rejekiku, aku gagal. Aku coba untuk tidak patah semangat. Masih ada UM UGM dan UM UNS. Seminggu setelahnya aku kembali menemui kegagalan. Dan beberapa harinya aku juga gagal di UNS. Aku harus melewati lebaran dengan berbesar hati setiap ditanya kuliah dimana, "masih mencari :)"

Kemudian H+3 lebaran, aku mulai kembali belajar, kali ini aku mencoba untuk menganalisa soal-soal tahun lalu, baik di Undip, maupun di UPN. Aku juga menganalisa kira-kira aku harus minimal mengerjakan berapa untuk bisa masuk. Aku bahkan mencari cara pengerjaan satu demi satu lewat internet agar paham alur soal itu bagaimana. Yang ada dipikiranku adalah : "Ini kesempatan terakhirku untuk bersekolah di PTN." Aku juga mencoba lebih mendekatkan diri kepada Illahi dan beikhtiar semaksimal mungkin di 2 minggu yang tersisa.

Hari Sabtu, tanggal 8 Juli 2017. Aku diantar keluargaku dengan mobil menuju SMK 2 Yogyakarta. Saat itu ayah sudah balik ke rumah sehingga kami sekeluarga bisa berangkat bersama-sama dengan mobil keluarga. Kami berangkat pukul 5 pagi. Sesampainya di SMK aku sempat bertemu dengan seorang teman SMP dan juga sempat sholat dhuha sebentar di masjid dekat ruanganku, kemudian aku masuk kedalam ruang ujian. Oh iya di UNDIP aku memilih prodi Teknik PWK di pilihan pertama dan Teknik Informatika di pilihan keduanya. Hal yang aku tidak duga terjadi, soal ujian tahun ini sedikit berbeda karena ditambah dengan mapel Bahasa Indonesia dan... tambah susah. Aku hanya bisa menjawab sekitar 63 dari targetku 75. Sangat berbeda dari analisaku terhadap 2 soal dari 2 tahun yang lalu, yang cenderung lebih mudah dari SBMPTN. Tapi setelah tes aku mencoba melupakannya dan bertawakkal. Tes baru awal, perjuanganku selanjutnya adalah percaya kepada Allah, Allah pasti akan memudahkan jalan kita.

Sehari setelahnya, aku kembali ke Jogja untuk tes ujian masuk UPNYK. Aku memilih prodi teknik Geologi di pilihan pertama dan Sistem Informasi di pilihan keduanya. Dan Alhamdulillah aku tes di gedung teknik geologi pula. Ayahku kebetulan juga alumni teknik geologi, jadi ia saat mengantar kesana justru berkeliling bernostalgia di kampusnya dulu, bahkan bertemu dengan temannya sewaktu kuliah.

Singkat cerita, pengumuman UNDIP dan UPNYK kebetulan bertepatan, yaitu 18 Juli dan aku menghabiskan waktu 1 minggu itu dengan percaya dan percaya, Allah akan memudahkan hamba-Nya yang berusaha dan bertawakkal. Setiap ada sedikit ketakutan dan berpikiran ragu, aku langsung membuang jauh-jauh. Aku percaya, Allah akan menolong hamba-Nya.

Hari pengumumanpun tiba, tidak ada waktu di web pengumuman Undip jadi aku merencanakan membukanya sekitar jam 2 siang seperti pengumuman SBMPTN. Tapi jam 10 ibuku meminta izin kepadaku untuk membukakan  web pengumuman Undip, aku mengiyakan saja...

Seketika momen haru muncul, aku seperti diguyur air yang segar, perasaanku campur aduk, mataku tiba-tiba berembun, ibuku juga menitikkan air mata, ayahku yang saat itu berkebunpun segera memelukku dan mengucapkan selamat. Aku segera bersujud syukur. Penantianku akhirnya terjawab. Doaku dan orangtuaku akhirnya dikabulkan Allah. Bahkan di jam 2 siang, aku kembali mendapatkan rezeki. Diterima juga di Teknik Geologi UPNYK. Sungguh hari adalah hari dimana aku merasa aku berhasil dalam menjalani sebuah "ujian" yang sebenarnya. Aku kemudian beristikharah dan memutuskan memilih jurusan yang sejak setahun yang lalu aku impikan, Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota :)

Jadi begitulah teman-teman, rasanya berjuang mendapatkan universitas. Aku rasa teman-teman yang juga sudah kuliah juga punya ceritanya masing-masing waktu cari kuliah yang tak kalah menegangkan dan mengharukan, terlebih lagi bagi mahasiswa yang diterima lewat jalur mandiri, Perjuangan kita tidak main-main mengingat kita mesti tes berulang kali, bermodal mental yang kuat dan finansial yang lebih besar juga. Aku hanya membagikan satu dari sejuta cerita manis pahitnya mencari perguruan tinggi negeri.

Dan bagi teman-teman yang saat ini berada di bangku kelas 12 SMA, bahkan kelas 10 sekalipun. Aku nitip pesen, kalian harus sudah mulai mempersiapkan cita-cita kalian, utamanya yang mau masuk universitas yang kalian idam-idamkan, dengan belajar bersungguh-sungguh dan juga dengan ibadah dan yang banyak, plus jangan lupa minta doa restu dari orang tua. Apabila suatu saat kalian menemui rintangan, jangan pantang menyerah. Seandainya realitas yang ada kadang tidak sesuai harapan awal kita, jangan langsung su'udzon kepada Sang Pencipta. Sesungguhnya Ia punya rencana yang jauh lebih indah dari yang kita rencanakan. Pokoknya percaya saja Allah akan berikan yang terbaik untuk kita, apapun itu. Pasti ada deh jalannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkembangan Undetected

Anekdot Bahasa Jawa : BBM Mundhak

The Martian - Kisah Kemanusiaan Berpadu dengan Sains Fiksi